Tari Bedhaya Ketawang berasal dari kata
bedhaya berarti penari
wanita di
istana. Sedangkan
ketawang
berasal dari kata yang berarti langit, identik dengan mendhung atau
awan tempatnya di atas, sesuatu yang di atas dinamakan tinggi makna
simbolisnya yaitu
luhur. Tari Bedhaya Ketawang menjadi tari suguhan sakral yang berarti suci yang menyangkut
Ketuhanan, dimana segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak
TuhanYang Maha Esa.
Tarian ini memiliki tiga makna yaitu
- Adat Upacara, menurut adatnya tarian ini hanya bisa dilakukan pada
setahun sekali saja yaitu pada hari ulang tahun tahta kerajaan.
- Sakral, Karena pencipta dari tarian ini berasal dari Ratu kidul,
konon kabarnya beliau selalu hadir pada saat latihan ataupun pada saat
tarian ini dipentaskan
- Religius,karena tarian ini juga mengajarkan tentang filsafah hidup
serta menanyakan untuk tujuan apa manusia hidup selama di dunia.
Sebelum melakukan pementasan baik penari maupun
Keraton selalu memiliki kebiasaan atau ritual yang harus dijalankan, seperti :
Sebelum menarikan tarian ini kesembilan penari ini melakukan ritual
puasa tertentu, harus suci lahir dan batin serta tidak dalam keadaan datang bulan. Untuk itu disiapkan penari cadangan untuk menggantikan para penari yang tiba-tiba mendapat halangan pada saat akan pementasan.Kesucian
para penari benar-benar diperhatikan karena konon kabarnya Kanjeng Ratu
Kidul akan datang menghampiri para penari yang gerakannya masih salah
pada saat latihan berlangsung.
Keraton juga harus melakukan ritual tertentu yaitu
larungan atau labuhan yang berarti persembahan korban berupa sesaji ke 4 titik mata angin.Keempat mata angin tersebut dimulai di bagian arah utara untuk Gunung Merapi dengan penguasa
Kanjeng Ratu Sekar. Di bagian arah selatan untuk Segoro Kidul Laut Selatan dengan penguasa
Ratu Kidul. Di bagian barat, untuk Tawang Sari dengan penguasa
Sang Hyang Pramori Durga di hutan Krendowahono. Dan terakhir, di bagian timur untuk Tawang Mangu dengan penguasa
Argodalem Tirtomoyo, dan Gunung Lawu dengan penguasa Kyai Sunan Lawu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar